Skistosomiasis atau schistosomiasis (bilharzia) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing skistosoma. Skistosomiasis juga sering disebut dengan penyakit demam siput.
Cacing skistosoma hidup di air tawar, seperti danau, waduk, atau sungai. Cacing ini bisa hidup dan berkembang di dalam tubuh selama berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun.
Seseorang bisa terinfeksi skistosomiasis jika kontak langsung dengan air yang terkontaminasi cacing skistosoma, misalnya saat berenang atau mandi di air tersebut.
Penyebab Skistosomiasis
Skistosomiasis disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang hidup di air. Beberapa cacing penyebab skistosomiasis tersebut antara lain:
• Schistosoma guineensis
• Schistosoma haematobium
• Schistosoma intercalatum
• Schistosoma japonicum
• Schistosoma mansoni
• Schistosoma mekongi
Cacing ini bisa masuk ke dalam tubuh saat seseorang mandi, berenang, mencuci pakaian, atau melakukan aktivitas lain di air yang sudah terkontaminasi cacing skistosoma.
Cacing skistosoma bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit dan menyebar ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah. Setelah beberapa minggu, cacing tersebut akan berkembang menjadi dewasa dan mulai bergerak ke organ tubuh lain, seperti paru-paru dan hati.
Skistosomiasis tidak bisa menular antarmanusia melalui kontak fisik secara langsung. Selain itu, cacing penyebab skistosomiasis juga tidak dapat ditemukan di kolam renang yang sudah diberi klorin, air laut, dan air steril.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami skistosomiasis, antara lain:
• Tinggal atau bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah skistosomiasis
• Kontak langsung dengan air tawar, seperti sungai, danau, atau waduk
• Daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau sedang mengonsumsi obat penekan sistem imun (imunosupresan)
Gejala Skistosomiasis
Gejala skistosomiasis atau demam keong sering kali tidak terlihat di awal. Biasanya, ruam atau gatal di kulit baru muncul beberapa hari setelah infeksi.
Pada fase akut (skistosomiasis akut), keluhan atau gejala yang akan muncul adalah:
• Rasa gatal di kulit
• Ruam kulit
• Demam
• Batuk
• Pusing
• Sakit perut
• Diare
• Nyeri otot dan sendi
• Tubuh terasa lelah dan lemas (malaise)
Jika infeksi terus berlanjut, akan muncul gejala skistosomiasis kronis. Gejala yang muncul pada tahap kronis tergantung pada organ yang menjadi tempat cacing skistosoma berkembang biak, di antaranya:
• Anemia
• Nyeri perut
• Sulit berkemih
• Urine berdarah
• Diare dan BAB berdarah
• Batuk yang terus-menerus disertai batuk berdarah
• Penumpukan cairan dalam perut (asites)
• Nyeri dada dan jantung berdebar
• Sesak napas
• Sakit kepala
• Kelumpuhan pada tungkai
• Kejang
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama jika belum lama ini Anda berenang, mandi, atau beraktivitas di sungai, danau, atau waduk. Untuk memastikan penyebab dari gejala tersebut, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan.
Jika Anda terdiagnosis menderita skistosomiasis, lakukan kontrol rutin ke dokter untuk mencegah penyebaran infeksi dan kemunculan komplikasi.
Diagnosis Skistosomiasis
Untuk mendiagnosis skistosomiasis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan, kebersihan diri dan lingkungan, pekerjaan, serta riwayat kontak langsung dengan air tawar. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis:
• Tes darah, untuk mendeteksi adanya anemia dan peningkatan kadar eosinofil
• Tes urine dan tes tinja, untuk mendeteksi telur cacing skistosoma di dalam urine atau tinja
• Tes fungsi ginjal dan hati, untuk memastikan ada tidaknya gangguan pada organ tersebut
• Pemindaian dengan CT scan, MRI, Rontgen, ekokardiografi, atau USG, untuk mendeteksi penyebaran infeksi skistosoma
• Biopsi, untuk mendeteksi sel-sel abnormal yang ada di sampel jaringan
Pengobatan Skistosomiasis
Skistosomiasis dapat diobati dengan pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat anticacing, yaitu praziquantel, sebagai pilihan utama untuk mengatasi skistosomiasis.
Obat golongan kortikosteroid juga bisa diberikan oleh dokter untuk meredakan keluhan pada skistosomiasis akut, atau untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf dan otak.
Selain pemberian obat, dokter akan menyarankan operasi untuk mengangkat gumpalan cacing, pengikatan (ligasi) varises esofagus jika terdapat pelebaran pembuluh darah vena di kerongkongan, pengangkatan granuloma, atau pemasangan shunt.
Komplikasi Skistosomiasis
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat skistosomiasis, di antaranya:
• Perdarahan saluran cerna
• Penyumbatan di lambung atau usus
• Malnutrisi
• Infeksi ginjal
• Sepsis
• Kelumpuhan
• Mandul (infertilitas)
• Anemia berat
• Gagal ginjal kronis
• Kerusakan hati kronis
• Penyumbatan hati dan kandung kemih
• Radang usus besar
• Hipertensi pulmonal
• Gagal jantung
Pencegahan Skistosomiasis
Skistosomiasis bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan air tawar yang berpotensi terkontaminasi cacing skistosoma. Jika sedang mengunjungi area yang diduga terkontaminasi cacing skistosoma, lakukan upaya pencegahan berikut ini:
• Gunakan celana dan sepatu bot anti-air jika bekerja di area berair tawar.
• Jaga kebersihan diri dan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
• Konsumsilah air matang atau air mineral yang terjamin kebersihannya.
• Hindari mandi atau berendam di dalam air sungai atau danau.
• Gunakan air bersih untuk mandi dan mencuci.
Jika tidak yakin dengan kebersihan air yang akan digunakan, disarankan untuk merebus air sampai mendidih, kemudian diamkan air dalam keadaan mendidih selama 1 menit, baru matikan kompor atau api.
Ditinjau oleh: dr. Pittara